Pekonina merupakan
daerah daratan tinggi yang terletak di Kabupaten Solok Selatan kilometer 16
Jalur Muara Labuh Padang Aro. Pekonina merupakan sebuah nama yang dihadiahkan
oleh Koloni Belanda semasa menjajah Indonesia. Peko berarti “Pucuk teh terbaik” dan Nina berarti “Madam NINA, istri dari seorang Tuan Besar Belanda
yang memimpin Pabrik teh terbesar yang berada di Pekonina. Warga Negara Asing yang pertama kali
masuk ke Pekonina adalah Jerman. Jerman kemudian membuka lahan perkebunan
berupa kebun teh. Jepang masuk sekitar tahun 1927 sampai dengan 1939. Jerman membuka
perkebunan teh hingga mencapai puluhan hektar. Lamase merupakan maskapai yanng dibangun oleh jerman sebagai negara
pertama yang menduduki Pekonina.
Kemudian pada tahun 1930 sudah mulai
dibangun Pabrik teh, Rumah, Bengkel, dan Gedung. Menurut data yang di dapatkan
dari Narasumber, pabrik teh yang dibangun oleh pihak Jerman mencapai luas
puluhan hektar. Rumah-rumah yang dibangun terdiri dari rumah Kaesar, Tentara,
dan pekerja-pekerja pabrik teh tersebut. Bengkel dibangun untuk memperbaiki
kendaraan-kendaraan sang kaesar dan helikopter capung tamu-tamu yang berkunjung. Pada tahun 1939, Belanda masuk ke
Pekonina dan bekerja sama dengan pihak Jerman untuk menjalankan bisnis bersama. Namun, akal licik Belanda
membuat Jerman pulang ke kampung halamannya dan membuat Belanda menjadi
satu-satunya Negara yang menguasai daerah perkebunan yang luasnya mencapai 1029
ha tersebut. Kemudian Belanda mengganti Maskapai Lamase menjadi Maskapai Kyono.
![]() |
salah satu kolom di kawasan Pekonina |
Pekonina dulu diketahui dengan nama Onderneming yang berarti Tanah Perkebunan.
Kemudian Belanda membawa orang-orang dari Nias ke Pekonina dengan tujuan untuk
membantu memperluas lahan perkebunan. Karena disekitar lahan perkebunan
tersebut masih merupakan Hutan belantara. Pihak Belanda memilih orang Nias
karena orang Nias tidak takut terhadap apapun dan menempatkannya dihutan
sekitar lahan perkebunan tersebut. Sehingga tempat tinggal orang-orang Nias
yang berseberangan dengan lahan perkebunan tersebut di sebut dengan nama “Rimbo
Sianok”.
Dengan luas lahan pertanian yang mencapai
ribuan hektar, Belanda kemudian mendirikan sebuah gedung yang dikenal dengan
“Gedung Hijau”. Gedung Hijau merupakan tempat penyimpanan kekayaan Belanda yang
dikumpulkan dari berbagai daerah jajahan di Sumatra Barat. Gedung Hijau juga
merupakan tempat pertemuan para pemimpin-pemimpin Belanda dari berbagai daerah
jajahan di Indonesia khusunya Sumatra. Bahkan menurut narasumber yang kami
temui, pernah beberapa kali banyak helikopter-helikopter capung pihak sekutu yang berkunjung ke Pekonina untuk melakukan
pertemuan. Pihak sekutu yang berada di luar Sumatra mengenal Pekonina dengan
sebutan “Onderneming Pekonina”. Pada
saat bung Karno dan Hatta ditangkap dan dibawa ke Denhaag, Belanda, Indonesia
mendirikan pemerintahan darurat yang bertempat di Sumatera Barat tepatnya di
daerah Bidar Alam Kabupaten Solok Selatan. Syafrudin Prawiranegara dipercaya
oleh masyarakat sebagai presiden darurat.
Pada tahun 1942, Belanda dipukul
telak oleh pihak Jepang yang kemudian menduduki lahan perkebunan di Pekonina
beserta pabrik dan bangunan-banguna lainnya. Dan kemudian pihak Jepang
mengganti nama dari Onderneming menjadi
Nangko Kusangyo Kabushi Kukaisha. Namun
pendudukan jepang hanya bertahan selama 3,5 tahun karena 2 kota di Jepang yaitu
Nagasaki dan Hiroshima di bom atom oleh sekutu. Kemudian pecahlah perang dengan
pihak sekutu. Khusu di daerah Solok Selatan perang terjadi di daerah Kajoe Aro.
Dan iniliah akhir dari pendudukan penjajah di Indonesia.
Namun pada tahun 1949 pemerintah
memberikan perintah kepada seluruh tentara-tentara untuk membumi hanguskan
seluruh bangunan-banguna yang berhubungan dengan para penjajah. Sehingga objek
yang telah saya survei mengalami kerusakan bukan karena kerusakan yang
disebabkan oleh pembangunan atau pembukaan lahan melainkan sengaja dihancurkan
oleh pemerintahan.
Dari hasil survei yang saya lakukan,
saya hanya dapat meneliti dan mendokumentasikan sebagian kecil dari bagian
pabrik teh. Yang sangat menjadi daya tarik dari hasil survei saya adalah sebuah
tangga penghubung dengan ruang bawah tanah dari pabrik tersebut dan beberapa
pondasi-pondasi bangunan pabrik. Ruang bawah tanah pabrik tersebut menurut
narasumber yang saya tanya merupakan tempat untuk melayukan teh yang baru di
petik untuk di olah selanjutnya. Ruang bawah tanah tersebut lebarnya sama
dengan luas bangunan pabri tersebut. Namun, karena ruang bawah tanah tersebut
telah di genangi air saya tidak dapat mengukur tinggi ruang bawah tanah
tersebut. Tetapi, menurut informasi yang saya dapatkan pernah seseorang masuk
kedalam ruang bawah tanah tersebut dan tingginya mencapai 3 meter lebih.(Rafly Hidayat)
HARI/TANGGAL
SURVEI : SABTU/ 27
OKTOBER 2012
LOKASI :
Jorong Pekonina Kecamatan Pauh Duo Kabupaten
Solok Selatan
INFORMAN/NARASUMBER : 1. Bpk. AHMAD SIDDIQ (87 th)
2. Bpk. NGATIMAN (72 th)
Posting Komentar