Surau saat ini hanya
merujuk pada tempat peribadatan di Minangkabau.Namun pengertian Surau, langgar,
musollah, dan masjid masih simpang siur namun ada titik temu bahwa semuanya
berfungsi sebagai tempat ibadah agama Islam. Dalam khazanah masyarakat Minangkabau
Surau saat ini telah terjadi penyempitan makna Surau hanya dipahami sebagai
tempat ibadah. langgar dan musollah sebenarnya yang diartikan hanya sebagai
tempat ibadah dan Surau fungsinya lebih komplit. boleh disimpulkan Surau adalah
sekolah ala orang Minangkabau.
Ahli sejarawan belum
sepakat tentang makna surau. Menurut
Azyumardi Azra menuliskan surau berasal dari kata Suro arinya tempat
atau tempat penyembahan. Penyembahan mengarah pada peyembahan arwah nenek
moyang dan dibuat di lokasi yag tinggi karena sesuai dengan system pemakaman
pra sejarah bahwa tempat arwah nenek moyang berasa di tempat yang tinggi
sehingg surau juga diibuat pada tempat yang tinggi. Setelah Islam masuk surau
mulai ditempatkan dekat dengan pemukiman penduduk. Pada tahun 1356 sudah ada di
kawasan Bukit Gombak surau sebagai tempat belajar ilmu agama, adat dan
memecahkan masalah social masa Aditywarman. (Azyumardi Azra, 1999: 117)
Menurut Kroeskamp,
surau secara kelembahaan telah dimulai masa Adityawarman. Kata Saruaso memiliki
akar kata Surau dan aso. Saruaro biara peribadatan anak muda tahun 1386 untuk
mempelajari adat yagn sacral dan agama Budha seta tempat penyelesaian agama
Budha.(Kroeskamp,1931:92). Setelajh islamn masuk fungsi surau tidak berubah
sama sekali namun pola pengajarannya yang berbesa yaitu agama Islam. Maka tidak
jarang kita temui pola arsitektur surau masa lalu bergonjong atau bentuk punden
berundak-undak seperti saat sekarang salah satu surau yang berpunden
undak-undak di Surau Tuo Siguntur di Darmasraya, Surau Tuangku Pamansiangan,
Surau matur hilai Pincuran gadang di Agam, Suarau Tuo di Lima Kaum tanah Datar,
batang jamik dan pakandang di Pariaman.
Surau menurut para
peneliti di luar Minangkabau banyak yang mengira bahwa Surau dan mesjid itu
sama. Dalam kamus bahasa Indonesia surau berasal dari bahasa arab atinya tempat
sujud namau dala penerpannya di minangkabau, anggapan itu sama sekali belum
sepenuhnya benar dan pada prakteknya surau lebih dari sekedar tempat sujud,
karena Surau di Minangkabau merupakan suatu tempat pendidik anak kemanakan di
dalam suku atau kaum itu. dalam setiap suku biasanya memiliki satu Surau.
Pada masa Belanda,
ketika bermunculan pendidiakn ala barat yang diterapakn oleh Beladna di
Minangkabau, Surau juga menjadi embrio pendidikan pesantren dengan system
asrama. Hal bentuk dari pengembangan surau sebagai sarana pendidikan. Pada
akhirnya surau pendidkan surau dapat besaing dengan pendidikan barat.
Fungsi utama Surau
adalah tempat berhimpunnya satu kaum atau suku di sana. Sangat jelas kita lihat
ketika suatu kaum malewakan gala atau mengangkat penghulu. Untuk melewakan gala
suatu kaum mereka memperhelatkan di suatu tempat yang di sebut Surau. Surau di
Minangkabau selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat
keputusan tertinggi dalam kaum. Memang keputusan itu melalui musyawarah juga,
karena sistim Minangkabau sangat demokrasi. Keputusan adat atau kebijakan kaum
diputuskan di Surau.
Surau Gadang (besar)
itu bisa dipahami sebagai Mesjid dan dulunya hanya ada 1 dalam sebuah Nagari
serta berfungsi juga sebagai sholat jum’at. tempat berunding masalah
nagarimapun sebagai tempat persidangan. Falsafah Babalai bamusajik, dalam
syarat berdiri sebuah nagari di Minangkabau itu mengacu pada Surau Gadang.
Surau kaum adalah
tempat dimana fungsi Surau sebagai tempat belajar agama, belajar alur
pasambahan, atau seni berunding, juga di halamannya pada malam hari digunakan
untuk latihan silat, serta tempat tinggal bagi anak laki-laki yang sudah akil
baliq. Surau kaum inilah pendidikan dasar seorang anak Minangkabau dimulai.
kita banyak mengenal tokoh-tokoh asal Minangkabau yang sukses pendidikan
dasarnya adalah pendidikan Surau terkhusus Surau kaum. Ketika pergi merantau
yang pertama dicari dulu adalah Surau karena dulu setiap nagari mempunyai Surau
dagang.
![]() |
Arsitektur Surau di Minangkabau |
Sedangkan Surau
dagang atau Surau anak rantau. Surau ini diperuntukkan untuk perantau,
pengembara atau orang yang datang menuntut ilmu suatu nagari, baik itu ilmu
agama, adat maupun silat ataupun pegadang mingguan yang berdagang di pasar
nagari atau balai. Surau dagang ini masih bisa ditemui sekarang ini disekirar
komplek Surau syekh Buehanuddin di Ula'an, Pariaman. disana daerah tua atau
lebih mudahnya setiap kabupaten yang ada di Umbar dan daerah yang pernah
menjadi wilayah Minangkabau iitu ada suran dagang masing-masing daerah.
Biasanya Surau Dagang letaknya tidak jauh dari Surau Gadang.
Selain itu, ciri
khas bangunan Surau tidak mengacu pada bangunan mesjid yang dilhat sekarang
ini. Jarang sekali Surau zaman dahulu memiliki kubah. Malah tren Surau zaman
dulu lebih mencontoh seni arsitektur rumah gadang yaitu bergonjong. Dapat
dilihat dari seperti Suarau Lubuak Bauk di batipuah Baruah di Tanah datar, Surau
Syekh Burhanuddin di Ula’an di Pariaman atau Surau kayu jao di Solok. Tren
bangunan yang ada masa itu adalah bangunan bergonjong dan berpanggung.
Kompleksitas bagian dan fungsi Surau juga tergambar seni arsitektur
bangunannya. (Rahman Van Supatra)