Benteng van
der Capellen dibangun Belanda di Batusangkar pada tahun 1822. Benteng didirikan
di atas dataran yang cukup tinggi dan dibangun atas perintah Kolonel Raff.
Awalnya benteng hanya berupa kumpulan bambu dan kayu yang di dalamnya
ditegakkan bangsal-bangsal yang juga dari bambu. Kemudian di dalam benteng juga
dibangun tangsi tentara dan gudang perbekalan. Belanda kemudian membangun kompleks bangunan yang cukup kokoh di dalam benteng.
Kompleks bangunan mulai didirikan di dalam benteng.
Benteng Van
der Capellen merupakan salah satu tinggalan benda cagar budaya tidak bergerak
di Kabupaten Tanah Datar. Situs dan bangunan benteng tersebut memiliki
perjalanan sejarah yang panjang. Keberadaan benteng Van der Capellen tidak
dapat dilepaskan dengan peristiwa peperangan antara Kaum Adat melawan Kaum
Agama yang terjadi pada sekitar tahun 1821 karena adanya pertentangan. Kaum
Agama yang dipelopori oleh tiga orang Haji yang baru kembali dari Mekah ingin
melakukan pemurnian ajaran Agama Islam. Hal ini karena pada masyarakat
Minangkabau di Tanah Datar telah badak banyak melakukan praktek budaya
sehari-hari yang sangat bertentangan dengan ajaran Agama Islam, misalnya adu
ayam, berjudi, minuman keras, dan sebagainya. Namun gerakan pemurnian ajaran
Agama Islam ternyata tidak berjalan mulus dan memperoleh tantangan dari Kaum
Adat. Dalam kondisi demikian, pertentangan antara Kaum Adat dan Kaum Agama
semakin meruncing dan konflik terbuka di antara keduanya tidak dapat
dihindarkan lagi.
Konflik
terbuka yang berupa peperangan fisik antara Kaum Adat dan Kaum Agama akhirnya
dimenangkan oleh Kaum Agama. Para pemuka Kaum Adat melihat kenyataan demikian
tidak tinggal dia. Kaum Adat kemudian minta bantuan Belanda yang pada waktu itu
sudah berkedudukan di Padang. Pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel Raff
masuk ke Tanah Datar untuk memerangi Kaum Agama atas permintaan Kaum Adat.
Sesampai di
Batusangkar, pasukan Belanda dipusatkan di suatu tempat yang memiliki
ketinggian paling tinggi di daerah pusat kota, lebih kurang 500 meter dari
pusat kota. Pada tempat ketinggian inilah pasukan Belanda kemudian membangun
sebuah bangunan benteng yang permanen. Bangunan benteng pertahanan yang
dibangun pada tahun 1822 berupa bangunan gedung yang memiliki ketebalan dinding
± 75 cm dan beratap genteng. Pada sekeliling bangunan ± 4 meter dari dinding
bangunan diberi parit dan tanggul pertahanan melingkar mengelilingi bangunan.
Bangunan inilah yang kemudian diberi nama Benteng Van der Capellen, sesuai
dengan nama Gubernur Jenderal Belanda pada waktu itu.
Dengan
adanya benteng pertahanan yang permanen dan strategis maka secara militer dan
politis memudahkan Belanda untuk menguasai wilayah sekitar Batusangkar.
Kesempatan demikian akhirnya bukan hanya bertujuan untuk memadamkan gerakan
Kaum Agama, tetapi sekaligus untuk menguasai secara politis kawasan Tanah Datar
dan seki-tarnya. Konflik terbuka yang semula hanya merupakan konflik antara
Kaum Adat dan Kaum Agama akhirnya berkembang menjadi Operasi Militer Belanda.
Kenyataan demi-kian akhirnya menyadarkan Kaum adat yang semula sengaja
“mengundang” pihak Belanda. Pada akhirnya Kaum Adat dan Kaum Agama bersatu melawan
Belanda dan kemudian pecah Perang Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.
Keberadaan
Belanda di Batusangkar sampai pada saat meletusnya Perang Dunia II. Setelah
selesai Perang Dunia II dengan kekalahan Belanda dari Jepang akhirnya Belanda
meninggalkan Batusangkar. Benteng Van der Capellen kemudian dikuasai oleh Badan
Keamanan Rakyat (BKR) dari tahun 1943 – 1945. Setelah itu Benteng Van der
Capellen dikuasai oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sampai tahun 1947. Pada
waktu Agresi Belanda II, Benteng Van der Capellen kembali dikuasai Belanda lagi
selama dua tahun, berlangsung pada tahun 1948 – 1950.
Setelah
Belanda meninggalkan Batusangkar, Benteng Van der Capellen kemudian
dimanfaatkan oleh PTPG yang merupakan cikal bakal IKIP Negeri Padang (sekarang
Universitas Negeri Padang) untuk proses belajar-mengajar yang saat itu
dresmikan oleh Prof. M. Yamin, S.H. Pemakaian bangunan benteng untuk PTPG
berlangsung sampai tahun 1955. Pada tahun itu pula PTPG dipindah ke Bukit
Gombak. Benteng Van der Capellen kemudian dijadikan sebagai markas Angkatan
Perang Republik Indonesia.
Pada saat
meletus peristiwa PRRI tahun 1957, Benteng Van der Capellen dikuasai oleh
Batalion 439 Diponegoro yang kemudian diserahkan kepada Polri pada tanggal 25
Mei 1960. Oleh Polri kemudian ditetapkan sebagai markas Komando Resort
Kepolisian (Polres) Tanah Datar dan berlanjut hingga tahun 2000. Sejak tahun
2001, Benteng Van der Capellen dikosongkan karena Polres Tanah Datar telah
pindah ke bangunan kantor yang baru yang berada di Pagarruyung, sekitar 500
meter di sebelah utara Kantor Suaka PSP Sumbar dan Riau.
Bagian atap
yang semula berupa atap genteng diganti dengan atap seng pada tahun 1974.
Bangunan ST yang ada di dalam lingkungan benteng dibongkar dan dibangun
bangunan Kantor Satlantas Polres Tanah Datar yag sampai sekarang masih dipakai.
Pada tahun
1984 dilakukan penambahan ruangan untuk Serse dan dibangun pula bangunan TK
Pertiwi. Parit yang masih ada di sebelah kanan dan kiri bangunan benteng
ditimbun dan diratakan pada tahun 1986. Selain itu, ruangan sel tahanan yang
semula terdiri dari 4 ruangan, dibongkar satu sehingga tinggal menjadi 3
ruangan. Perubahan bangunan terakhir kalinya terjadi pada tahun 1988, yaitu
berupa penambahan bangunan kantin Bhayangkari dan bangunan untuk gudang.
Kondisi
Lingkungan Situs
Situs
benteng Van der Capellen berada pada sudut timurlaut kawasan perkotaan
Batusangkar. Keberadaannya pada lokasi yang relatif lebih tinggi dari daerah
sekitarnya. Luas situs benteng Van der Capellen jika dihitung berdasarkan batas
kenampakan geografis berupa batas ketingggian kontur paling atas
0,5 ha. Jalan masuk ke lokasi situs dari arah barat. Bangunan benteng Van
der Capellen menghadap ke utara dan menempati sisi selatan lahan situs. Pada
sisi utara sudut baratlaut terdapat bangunan baru yang sampai sekarang masih
berfungsi sebagai Kantor Satlantas Kabupaten Tanah Datar dan pada sudut
timurlaut terdapat bangunan Kantor Kwartir Cabang Pramuka Kabupaten Tanah
Datar. Pada sisi sebelah timur bangunan Kantor Kwartir Cabang Pramuka terdapat
bangunan menara tower Telkom yang didirikan pada tahun pertengahan tahun 2001.
Berdasarkan
informasi yang dikumpulkan di lapangan, benteng Van der Capellen yang dibangun
pada tahun 1822 sampai saat sekarang sudah mengalami berbagai perubahan
bangunan dan lingkungan. Parit dan tanggul keliling yang berada di depan
bangunan ditimbun dan didatarkan untuk halaman pada tahun 1961. Bangunan pos
penjagaan ditambahkan di bagian depan bangunan dan menempel di dinding bangunan
induk. Pada tahun 1969 mengalami perubahan lagi dengan penambahan bangunan
ruang penjagaan di halaman sebelah kanan. Parit dan tanggul di bagian belakang
ditimbun dan diratakan untuk bangunan asrama.
Pada dataran
kontur kedua dari atas terdapat beberapa bangunan perkantoran, Asrama Kodim,dan
bangunan perumahan penduduk. Sebelah utara terdapat bangunan Kantor Perkebunan,
Pengadilan Negeri, PPM, dan Legiun Veteran RI, dan tiga buah bangunan perumahan
penduduk. Sebelah timur terdapat bangunan Kantor Kelurahan dan bangunan Asrama
Kartika. Sebelah selatan terdapat bangunan Kodim Tanah Datar dan bangunan
Asrama Kartika. Sebelah barat terdapat bangunan Sekolah TK dan Kantor Dinas
LLAJR Tanah Datar.
Riwayat
Pelestarian
Bangunan
benteng Van der Capllen pernah diperbaiki oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Provinsi Sumatera Barat pada tahun 1992. Perbaikan yang pernah
dilakukan meliputi :
- penggantian tiang-tiang beranda
bangunan II dan III
- penggantian balok penyangga
(blandar) atap beranda
- perbaikan daun jendela bangunan
II dan III
- perbaikan dinding tembok
bangunan II dan III.
- Pembersihan lingkungan situs
terkait dengan pemeliharaan terhadap bangunan atau situs. Sehubungan
dengan hal tersebut, BP3 Batusangkar mengadakan pembersihan situs terhadap
lingkungan Benteng Van der Capellen di Kota Batusangkar yang dilakukan
pada tanggal 22 s.d. 29 Mei 2006
- pemugaran tahun 2009